Selain itu, tak sedikit juga yang menyarankan agar kegiatan ini dihapus tetapi sebagian lain berharap agar kegiatan ini tetap dilaksanakan.
“Kata-kata benci, ga ikut tetap bayar,” keluh salah seorang warganet.
“Study tour tidak diwajibkan. Yang tidak ikut tetap dikenakan biaya juga. Ini bisnis sekolah. Harusnya seluruh biaya ditanggung sekolah. Kalau memang tidak mau disebut bisnis sekolah. Sekolah itu tempat menimba ilmu. Bukan jadi area bisnis. Tidak semua orang punya ekonomi atas.” tambah warganet lainnya.
“lebih baik ditiadakan saja, seandainya ada acara yang lebih baik di lingkungan sekolah,” saran salah seorang warganet.
“Intinya jujur saja, study tour momen yang paling dinantikan semua siswa, kita juga sebagai orang tua pernah ngalamin di fase itu, ga ada salahnya sih, asalkan jangan memaksakan yang kurang mampu dan pengawasan pengusaha angkutan itu paling penting,” komentar salah seorang warganet.
“Come on, jangan salahkan study tour atau penyelenggaranya. Masalah mau mereka untung / dibayarin itu urusan mereka. Permasalahannya itu, kendaraan yang tidak layak terutama di sistem pengereman. Jadi tindak tegas pemeriksa uji KIR, pengusaha yang pelit maintenance rem, dishub yang kasih izin bus tidak laik jalan. Solusi ke depan, setiap penyelenggara wajib meminta hasil uji KIR dan data service bus atau kendaraan yang akan dipakai. Kalau nggak ada laik jalan, batalkan acaranya atau tunda saja beberapa minggu ke depan,” tegas salah seorang warganet.***