AYOBOGOR.COM - Kecelakaan yang melibatkan kereta api sulit untuk dihindari. Hal ini juga terjadi pada KA Turangga yang menabrak KA Baraya pada Jumat, 5 Januari 2024.
Tabrakan kereta api di lintasan Haurpugur - Cicalengka itu dikabarkan menelan puluhan korban dengan empat di antaranya meninggal dunia.
Terkait kecelakaan kereta api yang sulit dihindari saat bertemu dengan objek lainnya, dijelaskan oleh VP Public Relations KAI Joni Martinus.
Joni mengatakan kereta api berbeda dengan transportasi darat lainnya. Karakteristik kereta api membuatnya tidak bisa melakukan pengereman secara mendadak.
"Untuk itu, kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati sebelum melewati perlintasan sebidang," ujar Joni, mengutip Republika.
Itu pula berlaku saat kereta api sama-sama berbentrokan dalam satu rel. Bila kendali lokomotif maupun manajemen operasional tidak diatur sedemikian rupa, maka kesalahan tersebut berakibat fatal.
Selain itu, faktor yang membuat kereta api tidak bisa melakukan pengereman secara mendadak, lantaran beban yang diangkutnya.
Selain lokomotif yang juga berat, setidaknya 12 gerbong yang biasanya diangkut sebagai gerbon penumpang mempunyai bobot hingga 600 ton.
Beban gerbong itu merupakan beban kosong, belum bertambah dengan adanya penumpang maupun barang yang dibawa.
Sistem pengereman kereta api di Indonesia juga umumnya menggunakan sistem rem udara, di mana cara kerjanya dengan mongompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.
Proses pengeraman menjadi lama karena udara harus didistribusikan terlebih dulu melalui pipa kecil di sepanjang roda sehingga tercipta friksi yang akan menghentikan lajunya.
Kendati begitu, terdapat rem darurat. Namun rem darurat kereta api tidak bisa menghentikan laju kereta dengan mendadak karena rem hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara pengereman.