AYOBOGOR.COM - Tradisi Selikuran adalah salah satu budaya khas yang ada di Bogor, Jawa Barat. Setiap tahunnya, masyarakat Bogor melaksanakan tradisi ini pada malam ke-21 Ramadan.
Tradisi Selikuran bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan suci Ramadan, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat hubungan sosial antarwarga.
Selikuran berasal dari kata "selikur" yang berarti "dua puluh satu" dalam bahasa Sunda, merujuk pada hari ke-21 Ramadan.
Pada malam tersebut, warga Bogor melakukan serangkaian kegiatan, yang paling mencolok adalah kegiatan berbagi makanan dengan tetangga atau saudara.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi antarwarga serta sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT selama bulan Ramadan.
Rangkaian Kegiatan Selikuran
Pada malam Selikuran, warga akan berkumpul di mushola atau rumah masing-masing untuk melaksanakan doa bersama. Selain itu, banyak juga yang memanfaatkan waktu ini untuk saling memberikan makanan kepada tetangga.
Baca Juga: Dikenal Sebagai Kota Mangga dan Anggur, Segini UMK Kabupaten Probolinggo di Tahun 2025
Makanan yang diberikan biasanya berupa hidangan khas Ramadan, seperti kolak, ketupat, opor ayam, dan aneka kue tradisional. Warga juga mengunjungi rumah-rumah tetangga sambil berbagi kebahagiaan.
Selikuran juga memiliki makna religius, karena pada malam ini banyak masyarakat yang meningkatkan ibadahnya, seperti berdoa dan membaca Al-Qur’an.
Keistimewaan malam ke-21 Ramadan ini dianggap sebagai salah satu malam yang penuh berkah. Oleh karena itu, tradisi Selikuran ini menjadi momen penting bagi masyarakat Bogor untuk memperkuat iman dan saling berbagi kebahagiaan.
Lebih dari sekadar berbagi makanan, tradisi Selikuran di Bogor memiliki nilai sosial yang tinggi. Tradisi ini merupakan bentuk gotong-royong yang mengajarkan pentingnya berbagi, baik dalam bentuk materi maupun spiritual.