AYOBOGOR -- Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, selama ini dikenal sebagai salah satu paru-paru hijau yang penting di wilayah Jawa Barat.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, wajah kawasan ini mulai berubah.
Alih fungsi lahan secara masif dari hutan, lahan pertanian, dan perkebunan menjadi objek wisata mulai memicu kegelisahan berbagai pihak, tak terkecuali para aktivis lingkungan.
M Abdul Basit, anggota Koalisi Masyarakat Cijeruk, menyampaikan keprihatinannya terhadap dampak nyata dari alih fungsi lahan tersebut.
Ia menegaskan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah atau RTRW Jawa Barat perlu ditinjau ulang dan direvisi karena tidak mencerminkan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.
"Bagaimana lahan yang dulunya hijau kini berubah menjadi lahan wisata komersial. Ini berdampak langsung pada ekosistem dan keseharian warga.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penggundulan hutan dan konversi lahan memicu terjadinya bencana ekologis seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Dua bencana ini menjadi momok menakutkan bagi warga Cijeruk, terutama yang bermukim di wilayah rawan bencana.
Koalisi Masyarakat Cijeruk menekankan pentingnya keberimbangan dalam perencanaan tata ruang.
Menurut Basit, pembangunan memang tidak bisa dihentikan, tetapi harus dilakukan secara bijak.
Kawasan TNGHS sendiri memiliki peran penting sebagai sumber mata air, penyangga ekosistem DAS Cisadane, serta rumah bagi berbagai flora dan fauna endemik.
Baca Juga: Hotman Paris Bongkar Misteri Tato di Punggung Lisa Mariana, Bisa Jadi Bukti Melanggar UU Pornografi?