Masyarakat Cijeruk Ketar-ketir Alih Fungsi Lahan di Gunung Salak Makin Marak, Ancaman Kerusakan Lingkungan di Depan Mata

photo author
- Senin, 14 April 2025 | 14:11 WIB
Masyarakat Cijeruk Ketar-ketir Alih Fungsi Lahan di Gunung Salak Makin Marak, Ancaman Kerusakan Lingkungan di Depan Mata (monalisahalimunsalak.co)
Masyarakat Cijeruk Ketar-ketir Alih Fungsi Lahan di Gunung Salak Makin Marak, Ancaman Kerusakan Lingkungan di Depan Mata (monalisahalimunsalak.co)

AYOBOGOR.COM - Perubahan drastis terjadi di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Kawasan yang dahulu dikenal sejuk, asri, dan kaya akan resapan air ini, kini terancam kehilangan identitasnya.

Maraknya alih fungsi lahan, terutama di kaki Gunung Salak, telah menjadi kekhawatiran serius bagi masyarakat setempat.

Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan vila, restoran, hingga tempat wisata alam tumbuh pesat di wilayah ini. Ironisnya, kemajuan tersebut justru menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

Baca Juga: Hotman Paris Bongkar Misteri Tato di Punggung Lisa Mariana, Bisa Jadi Bukti Melanggar UU Pornografi?

Vegetasi hutan terganggu, area resapan air menyusut, dan risiko bencana alam seperti banjir serta longsor pun meningkat. Hal ini terbukti dari kejadian tanah longsor di Kawung Luwuk yang terjadi belum lama ini.

Menurut M Abdul Basit, perwakilan Koalisi Masyarakat Cijeruk, alih fungsi lahan tidak hanya mengancam sektor pertanian, tetapi juga memperparah dampak ekologis.

Ia menyoroti minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap isu lingkungan. Koalisi Masyarakat Cijeruk mendesak pemerintah untuk meninjau ulang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebelum disahkan.

RT RW yang baik, menurut Basit, harus mengedepankan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tes Akhlak Rekrutmen BUMN 2025, Pelajari Agar Lolos Seleksi

Dampak dari penggundulan hutan dan pembukaan lahan bukan hanya terlihat dari meningkatnya risiko bencana, tetapi juga dari penurunan kualitas udara.

Kurangnya vegetasi membuat penyerapan karbon dioksida terganggu, yang berpotensi meningkatkan suhu dan memperburuk polusi udara.

Sutanandika, Ketua komunitas lingkungan Cisadane Resik, menyebut bahwa berkurangnya daerah resapan air dapat menyebabkan kerusakan tata air tanah.

Tokoh masyarakat Cijeruk, Saepullah, turut mengajak generasi muda untuk bergabung dalam gerakan Koalisi Masyarakat Cijeruk. Menurutnya, partisipasi aktif pemuda sangat penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kini, masyarakat Cijeruk berdiri di persimpangan. Antara membiarkan kerusakan terus terjadi, atau bergerak bersama menyelamatkan kampung halaman di kaki Gunung Salak.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Katarina Erlita

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X