Baca Juga: Gubernur Herman Deru Resmi Nyalakan Listrik PLN di Lima Desa di Kecamatan Keluang Muba
“Peran Puskesmas dan kader kesehatan ini sangat penting. Mereka adalah ujung tombak yang menjangkau masyarakat secara langsung. Kita ingin budaya bersih ini tumbuh dari rumah,” ujar Adang.
Adang juga mengingatkan pentingnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak-anak, terutama saat bermain di luar rumah.
Nyamuk Aedes aegypti dikenal aktif menggigit pada pagi dan sore hari, yang kebetulan merupakan waktu anak-anak paling sering bermain atau berangkat dan pulang sekolah.
Ia menyarankan agar orang tua membiasakan anak-anak menggunakan losion anti nyamuk, pakaian tertutup, serta tidur dengan kelambu, terutama di daerah yang rawan DBD.
Selain itu, menjaga daya tahan tubuh dengan asupan gizi yang baik juga sangat penting untuk mencegah infeksi bila sampai tergigit nyamuk.
“Banyak kasus DBD terjadi pada anak-anak, dan kemungkinan besar tertular saat di sekolah atau bermain pagi hari. Jadi perhatian terhadap kondisi anak saat aktivitas di luar rumah sangat penting,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Bogor saat ini terus melakukan pemantauan intensif terhadap peningkatan kasus DBD di setiap kecamatan.
Dengan data yang dikumpulkan oleh Puskesmas dan surveilans wilayah, pencegahan bisa dilakukan secara lebih cepat dan tepat sasaran.
Baca Juga: DPRD Kota Bogor Kecam Pelaku Kekerasan Seksual, Dukung Polresta Jatuhkan Hukum Terberat
Adang menekankan bahwa gerakan PSN tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan pemerintah.
Peran serta masyarakat, mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah, hingga komunitas lokal sangat menentukan keberhasilan program ini.
“PSN adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. Kalau semua bergerak, kita bisa menekan angka DBD secara signifikan,” pungkasnya.
