Oleh karena itu, kajian mendalam dari Balai Besar Teknik Perkeretaapian Jawa Barat diperlukan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat guna mengurangi risiko lebih lanjut.
Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah adanya situs Sumur Tujuh, yang terletak di sekitar lokasi yang membutuhkan pembebasan lahan.
Sumur Tujuh merupakan kawasan yang dikeramatkan dan sering dianggap sebagai kabuyutan atau tempat yang memiliki nilai spiritual.
Meskipun banyak masyarakat yang khawatir tentang dampak pembebasan lahan terhadap situs ini, Dedie Rachim menegaskan bahwa Sumur Tujuh tidak akan terkena dampak karena letaknya di luar jalur pembebasan.
Baca Juga: Bareskrim Polri Selidiki Dugaan Teror Kiriman Kepala Babi di Kantor Tempo
Secara historis, Sumur Tujuh merupakan bagian dari kawasan yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh C.M. Pleyte, seorang etnograf Belanda, pada awal abad ke-20 menunjukkan bahwa kawasan sekitar Batutulis, termasuk Sumur Tujuh, merupakan bagian dari kerajaan Pajajaran.
Pleyte menggambarkan kawasan ini sebagai tempat yang memiliki sejarah yang sangat penting bagi budaya dan sejarah Indonesia, terutama terkait dengan Kerajaan Pajajaran.
Pembangunan jalan baru untuk menggantikan jalan Batutulis yang ambles merupakan solusi yang harus diambil guna mengurangi dampak buruk bagi masyarakat dan memperbaiki infrastruktur kota.
Baca Juga: Konten Selena Gomez dan Benny Blanco Viral di TikTok hingga Pecah Rekor
Meskipun terdapat kekhawatiran mengenai situs Sumur Tujuh, Wali Kota Dedie Rachim menegaskan bahwa situs tersebut tidak akan terkena dampak pembebasan lahan.
Oleh karena itu, diharapkan melalui sosialisasi yang efektif kepada masyarakat, proses pembebasan lahan dapat berjalan dengan lancar dan proyek ini dapat segera terealisasi demi kenyamanan dan keselamatan warga Kota Bogor.***