Beach Club Gunungkidul Terbengkalai dan Bikin Karst Rusak, Pakar Ungkap Upaya Terbaik untuk Selamatkan Lingkungan

photo author
- Jumat, 27 September 2024 | 15:16 WIB
Kondisi Beach Club Gunungkidul Terkini. (AYOBOGOR.COM)
Kondisi Beach Club Gunungkidul Terkini. (AYOBOGOR.COM)

AYOBOGOR.COM - Keberadaan bangunan calon beach club Gunungkidul kini terbengkalai setelah Raffi Ahmad menarik diri sebagai investor dari proyek tersebut.

"Pada momen ini saya ingin menyampaikan pernyataan terkait berita yang sedang ramai dibicarakan terkait proyek di Gunungkidul. Saya sebagai warga negara Indonesia yang taat hukum saya juga mengerti terdapat beberapa kekhawatiran masyarakat terkait proyek ini yang belum sejalan dengan peraturan yang berlaku," ujar Raffi Ahmad dalam rekaman video di akun Instagram @raffinagita1717 yang diunggah pada 11 Juni 2024.

Raffi menyadari bahwa pembangunan beach club di kawasan Bentanggan Alam Karts (KBAK) Gunungsewu bagian timur menyalahi aturan karena akan berdampak pada kerusakan lingkungan.

Baca Juga: Heboh! Saldo Rp400 Ribu Masuk di Kartu KKS BNI dan BRI, Akhirnya Bansos BPNT September-Oktober 2024 Sudah Mulai Cair?

Meski demikian, hingga saat ini proyek tersebut belum dinyatakan sebagai proyek mangkrak. Dan keberadaannya terbengkalai, menyisakan bangunan cor beton. Butuh Butuh setidaknya melewati tujuh kelok dengan kontur menanjak untuk bisa mencapai area puncaknya.

Tak main-main, awalnya bangunan ini bakal disulap menjadi beach club terbesar di Indonesia dengan luas tanah mencapai 10 hektar.

Di dalamnya akan dibangun sejumlah fasilitas mewah seperti Resort dan Beach Club Bekizart seperti, bekizart villa, spa dan yoga, iconic area, ballroom, hotel, bussines centre, kavling area, sampai restoran.

Akan tetapi, karena sempat ditentang oleh berbagai organisasi seperti WALHI Yogyakarta, anak-anak muda di komunitas Gunungkidul Melawan, Climate Rangers Jogja, LBH Yogyakarta, WeSpeakUp.org, dan 350.org, maka kini pembangunannya terhenti.

Baca Juga: Restorasi Ekosistem Monyet Ekor Panjang di Gunungkidul Dirasa Kurang Efektif, Aktivis Lingkungan Tawarkan Solusi

Meski demikian, masalah tidak berhenti sampai di situ. Sebab, ekosistem karst sudah terlanjut rusak dan tidak bisa direklamasi.

Dosen Program Studi Teknik Lingkungan UPN Veteran Jogja, Nandra Eko Nugroho menjelaskan secara gamblang bahwa kawasan karst tidak pernah bisa direklamasi.

"Bangunan seperti ini akan berpotensi merusak ekosistem apabila dalam pembangunannya masif dalam sekala banyak, tapi di beberapa kasus untuk tebing tebing yang rawan longsor pembangunan talut seperti itu dilakukan untuk upaya mitigasi terutama di bahu jalan," ujar Nandra.

"Tapi ini fungsi nya berbeda lebih pada bangunan untuk membuka jalan/akses jalan menuju lokasi wiasata dan permukaanya di tutup cor, sehingga akan menambah volume air limpasan," sambungnya lagi.

Baca Juga: Cek Akun SSCASN Sekarang! Pelamar CPNS 2024 Yang Sudah Lolos Seleksi Administrasi Bisa Berubah Jadi Tidak Lolos

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Katarina Erlita

Sumber: AyoBogor.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X