AYOBOGOR.COM - Saat ini sedang terjadi anomali lingkungan tentang melonjaknya ekosistem monyet ekor panjang (MEP) di kawasan Gunungkidul.
Anomali lingkungan ini terjadi akibat habitat monyet ekor panjang terganggu dengan adanya aktivitas manusia yang memangkas kawasan hutan serta melakukan pembangunan.
Alhasil sumber pangan MEP jadi terbatas dan mereka lalu merusak lahan pertanian warga di Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, dan Gunungkidul sering mengalami kerusakan.
Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul berupaya melakukan restorasi ekosistem MEP dengan cara melakukan penanaman tanaman pangan monyet seperti jambu.
Harapannya, tanaman buah tersebut bisa menjadi sumber pakan mereka kelak. Namun itu adalah upaya jangka panjang.
Nah, untuk upaya jangka pendek, DLH memilih untuk memberi pangan langsung kepada kawanan monyet ekor panjang dalam kurun waktu 10 bulan.
Pemberian pakan untuk sementara dilakukan di empat kawasan percontohan yakni Purwodadi, Tepus, Sidoarjo, dan Giripanggung.
Baca Juga: Langkah Founder American Idol: Indonesia Menuju Pusat 'Global Performer' Asia Tenggara
Intensitas pemberian pakan dilakukan selama empat kali dalam sepekan. Adapun pakan yang disuplai adalah pisang dan ketela.
Upaya jangka pendek ini diharapkan bisa menangkal sementara gangguan MEP terhadap lahan pertanian masyarakat Gunungkidul.
Akan tetapi, dari hasil diskusi dalam kegiatan lokakarya jurnalis tentang Dinamika Ruang Hidup di Kawasan Karst: Gunungkidul, Provinsi Yogyakarta yang dilangsungkan di Kampoeng Media pada 20-22 September 2024, diketahui bahwa upaya DLH dalam melakukan restorasi lingkungan masih belum efektif.
Banyak warga mengeluh lahan pertanian yang berada di sekitar kawasan suaka margasatwa Paliyan dirusak oleh monyet ekor panjang.