AYOBOGOR.COM -- Apakah Anda termasuk orang tua yang memilih memberikan gawai untuk menenangkan anak yang rewel? Memberikan perangkat digital kepada anak prasekolah memang menawarkan hasil instan.
Namun strategi menenangkan menggunakan gawai justru dikaitkan dengan tantangan perilaku yang lebih buruk di kemudian hari. Berdasarkan temuan terbaru, terlalu sering memakai perangkat seperti ponsel dan tablet untuk menenangkan anak usia tiga hingga lima tahun yang tantrum telah dikaitkan dengan peningkatan disregulasi emosi pada anak-anak, terutama laki-laki, menurut penelitian Michigan Medicine di JAMA Pediatrics.
Penulis utama Jenny Radesky MD, seorang ahli perilaku perkembangan anak di University of Michigan Health CS Mott Children's Hospital mengemukakan, menggunakan perangkat seluler untuk menenangkan anak kecil mungkin tampak seperti alat sementara yang tidak berbahaya. Itu biasanya dipilih untuk mengurangi stres dalam urusan rumah tangga.
Baca Juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Cabai Merah di Kkota Bogor Merangkak Naik
"Tetapi mungkin ada konsekuensi jangka panjang jika itu adalah strategi yang menenangkan," kata Radesky, seperti mengutip The Sun dari Republika.co.id, Selasa, 13 Desember 2022.
Pada anak usia dini, gawai dapat menggantikan peluang untuk pengembangan metode mandiri dan alternatif mengatur diri sendiri. Studi tersebut melibatkan 422 orang tua dan 422 anak berusia tiga hingga lima tahun yang berpartisipasi antara Agustus 2018 hingga Januari 2020, sebelum pandemi Covid-19 dimulai.
Para peneliti menganalisis tanggapan orang tua dan pengasuh terhadap seberapa sering mereka menggunakan gawai sebagai alat penenang dan keterkaitannya dengan gejala reaktivitas emosional atau disregulasi selama periode enam bulan. Tanda-tanda peningkatan disregulasi dapat mencakup perubahan cepat antara kesedihan dan kegembiraan, perubahan suasana hati atau perasaan yang tiba-tiba, serta sifat impulsif yang meningkat.
Temuan menunjukkan bahwa hubungan antara pemberian gawai untuk menenangkan dan konsekuensi emosional sangat tinggi di antara anak laki-laki dan anak-anak yang mungkin sudah mengalami hiperaktif, impulsif, dan temperamen yang kuat. Hal itu membuat mereka cenderung bereaksi secara intens terhadap perasaan seperti kemarahan, frustrasi, dan kesedihan.
Baca Juga: Menpan RB Siapkan 3 Opsi untuk Nasib Tenaga Honorer, Diangkat atau Diberhentikan?
"Temuan kami menunjukkan bahwa menggunakan gawai sebagai cara untuk menenangkan anak-anak yang rewel dapat menjadi masalah bagi mereka yang sudah berjuang dengan keterampilan mengatasi emosi," kata Radesky.
Radesky mencatat bahwa periode prasekolah hingga taman kanak-kanak adalah tahap perkembangan ketika anak-anak lebih cenderung menunjukkan perilaku yang sulit, seperti mengamuk, membangkang, dan memiliki emosi yang intens. Ini mungkin membuat pengasuh semakin tergoda untuk menggunakan gawai sebagai strategi pengasuhan anak.
"Pengasuh mungkin segera merasakan kelegaan dari penggunaan gawai ketika gawai tampak dengan cepat dan efektif mengurangi perilaku negatif dan menantang anak-anak," kata Radesky.
Hal itu terasa bermanfaat bagi orang tua dan anak-anak dan dapat memotivasi mereka berdua untuk menjaga siklus ini. Kebiasaan menggunakan gawai untuk mengelola perilaku sulit semakin lama semakin kuat karena tuntutan media anak-anak juga semakin kuat.
Baca Juga: Review Spesifikasi Oppo A17 dan Oppo A16 Harga di Indonesia Desember 2022