Meski hal ini dikuatkan dengan cara mengusung konsep green city dan smart city sekalipun.
Sebab menurut Faisal Basri, untuk apa membangun IKN yang canggih dan megah di satu tempat, namun kota-kota lain kualitas hidupnya masih berantakan.
“Kita tidak ingin satu ibu kota yang green city, smart city, seolah-olah surga yang dikelilingi neraka. Apa artinya infrastruktur IKN bagus, tapi lainnya centang perentang,” ujar Faisal Basri.
Yang justru sebaiknya dilakukan pemerintah adalah menciptakan infrastruktur dan daya dukung perkotaan lain di Indonesia dalam menghadapi urbanisasi.
Misalnya meningkatkan transportasi publik, sehingga memudahkan penduduk untuk melakukan mobilitas.
Atau realisasi pembangunan tol laut yang merupakan salah satu janji kampanye Presiden Jokowi.
Tol laut menjadi vital mengingat hal ini bisa menghemat ongkos mobilitas penduduk antar kota.
Pembangunan IKN yang terpusat di satu titik, dikhawatirkan mengundang migrasi besar-besaran, sementara daya dukung di masing-masing kota tidak memadai.
Pembangunan ibu kota cukup di Jakarta itu sudah memadai. Sementara kegiatan-kegiatan lain bisa disebar ke daerah lain.
Misalnya menumbuhkan green city di Jakarta untuk mengurangi tingkat polusi.
Atau dengan membangun pusat pengembangan sepak bola di Sulawesi, atau industri hijau di daerah lainnya lagi.
Dengan cara demikian, ujar Faisal Basri, pembangunan dan kemewahan green city tidak hanya terpusat di ibu kota saja.
Melainkan kota-kota lain yang tersebar seantero Indonesia mempunyai daya dukung yang memadai untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya.***