—Sesosok pria bertubuh gempal bolak-balik di pinggir Jalan Raya Puncak Kilometer 86, Senin (25/9/2017).
Entah apa yang dicarinya. Namun di seberang jalan, seorang pria lokal, yang menunggu di balik kemudi mobil, mengarahkan telunjuknya ke lokasi money changer.
Di dekat si pria, seorang wanita lokal membuntuti sedari awal. Dia memilih menahan tawa melihat situasi kikuk tersebut. Dia terus mengikuti si pria yang mengarah menuju mesin Anjungan Tunai Mandiri, menemani si pria yang rupanya kebingungan hendak menukar uang atau menarik tunai.
Desas-desus soal keberadaan kawin kontrak ini tak pernah nampak begitu jelas. Yang jelas, isu kawin kontrak ini menjadi salah satu citra negatif yang terproyeksi dalam benak orang-orang saat mengingat kawasan pegunungan berhawa sejuk ini.
Tengok saja Kampung Sampay Sindang Barang yang terletak di Desa Tugu Selatan. Kampung yang juga dikenal sebagai Warung Kaleng ini bahkan dijuluki Kampung Arab.
Keberadaan turis Timteng di Warung Kaleng sudah menjadi rahasia umum. Saban pagi hingga petang, mereka tak canggung memperlihatkan batang hidungnya. Mereka bepergian menggunakan sepeda motor, mobil, maupun berjalan kaki.
Tak hanya tulisan, isi toko pun dijejali barang-barang asal Timteng. Komoditas olahan maupun buah dan sayur asal timur tengah juga diimpor.
"Turis-turis ini pasti menghadirkan manfaat yang besar bagi warga. Hampir semua warga diuntungkan. Mereka secara ekonomi terangkat. Pendidikan anak-anak juga makin bagus," kata Kepala Seksi Pelayanan Umum Desa Tugu Selatan, Iwan Sunarya, Senin (25/9/2017).
Berbagai jasa penukaran uang berbahasa Arab juga mudah ditemui di sana. Geliat perputaran uang di kawasan Warung Kaleng ini bahkan diklaim bisa menyentuh angka miliaran per hari. "Teman saya yang money changer bisa sampai Rp6 miliar per hari (saat musim libur). Itu cuma satu," kata Ketua Ikatan Guide Puncak, Sobari, saat ditemui di kantornya di kawasan Warung Kaleng.
Berlimpahnya cipratan keuntungan yang diterima warga ini membuat mereka tak suka dengan citra kawin kontrak yang ditempelkan pada turis-turis Arab ini.
Sobari mengaku sering membantah isu soal kawin kontrak ini. "Udah sering membantah saya," katanya. "Kata saya yang melakukan kawin kontrak itu bukan warga Warung Kaleng."
Ia bahkan mengatakan jika turis-turis Arab ini terbilang dermawan. Mereka disebut kerap memberi sumbangan untuk mendirikan masjid maupun membantu pesantren-pesantren di Warung Kaleng dan sekitarnya. "Ada banyak (yang dibantu)," kata dia.
Dia enggan megonfirmasi maupun mengomentari keberadaan praktik kawin kontrak yang eksploitatif ini. "Enggak mau (bicara soal kawin kontrak)."
"Kalau tidak percaya silakan buktikan. Coba cari sendiri. Coba tanya warga lain di sini. Mereka enggak akan mau ngomong. Warga udah bosan. Enggak percaya," Sobari meyakinkan.