AYOBOGOR.COM -- Di tengah maraknya kuliner kekinian yang datang dan pergi, satu nama tetap bertahan sejak 1972: Martabak City (Sun). Terletak di Pusat Kuliner Jalan Ranggagading, martabak satu ini bukan hanya soal rasa yang khas, tapi juga menyimpan sejarah panjang dan nilai tradisi yang kuat.
Dengan harga Rp95.000 untuk varian coklat, kacang, keju — sekilas mungkin terlihat mahal. Namun setelah mencicipi, semuanya terasa masuk akal. Rasa yang autentik, tekstur adonan yang tebal dan kenyal, serta topping homemade seperti coklat dan kacangnya yang kaya rasa membuat martabak ini terasa jauh lebih bernilai dari harganya.
Tim visiteam membuktikan langsung kualitasnya. Dari gigitan pertama, martabak ini terasa berbeda. Teksturnya lembut, kenyal, dan harum. Uniknya, martabak ini tetap enak meskipun sudah disimpan semalaman. Setelah dikukus kembali, justru makin lembut, makin wangi, dan rasanya malah makin mantap. Ini jadi bukti bahwa dari bahan hingga proses pembuatannya memang dijaga kualitasnya.
Meskipun topping-nya terbilang standar — coklat, kacang, keju — semuanya terasa istimewa. Coklatnya lumer, kacangnya gurih dan renyah, keju menambah rasa yang pas, tidak berlebihan tapi tetap bikin puas.
Menariknya, Martabak City juga punya peran penting dalam sejarah kuliner martabak Bangka di Bogor. Beberapa nama besar seperti Martabak Afo dan Martabak Encek ternyata dulunya belajar dan bekerja di Martabak City.
Bahkan Martabak Aphin, yang juga dikenal sebagai martabak legendaris, adalah sepupu dari pendiri Martabak City. Hubungan ini memperkuat posisi Martabak City sebagai salah satu pusat asal mula martabak legendaris di Bogor.
Martabak City buka setiap hari pukul 14.00 hingga 20.30. Meski tampil sederhana dan tanpa banyak promosi, martabak ini terus dicari oleh pelanggan setia yang tahu kualitas rasa sejatinya.
Berikut daftar harga martabak di Martabak City:
- Martabak Polos Susu – Rp70.000
- Martabak Wijen Susu – Rp80.000
- Martabak Coklat Kacang Keju – Rp95.000
Di tengah persaingan kuliner yang makin kreatif dan instan, Martabak City menunjukkan bahwa yang klasik dan konsisten justru yang paling bertahan. Bagi pecinta martabak sejati, ini bukan sekadar makanan — ini bagian dari cerita dan kenangan yang terus hidup.