AYOBOGOR.COM -- Pancasila sebagai rujukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki peran yang amat penting untuk membentuk karakter warganya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Asep Wahyuwijaya Anggota MPR RI dari Fraksi Partai NasDem mengatakan pesan-pesan yang terkandung di dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa pada
acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI di hadapan para ustadz, ustadzah dan pengurus kelompok-kelompok pengajian majelis taklim yang ada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Senin, (24 Februari 2024)
"Dalam ajaran Islam pun keharusan bagi ummatnya agar senantiasa toleran dengan penganut agama lain itu amat tegas dalilnya," kata Asep Wahyuwijaya.
Baca Juga :Kang AW Minta Kementerian BUMN Fokus di Optimalkan Pendapatan Ketimbang Pecat Pegawai
Legislator yang pernah mondok di Pondok Pesantren Al-Aulia, Bogor ini menuturkan bahwa para Ustadz yang suka menjadi imam pada saat shalat berjamaah pasti ada yang suka membaca Surat AlKafirun setelah surat Al-Fatihah pada rakaat pertamanya.
"Nah, di dalam surat Al-Kafirun itu semua ayatnya berisi ketentuan bagi ummat Islam untuk toleran dalam masalah ibadah. Di dalam firman Allah SWT itu pula dijelaskan tentang keniscayaan adanya ajaran agama yang berbeda-beda sehingga masing-masing penganutnya dipersilakan untuk menjalaninya sesuai dengan keyakinan ajaran agamanya tanpa harus saling mengganggu," tutur Kang AW sapaan akrab politisi dari daerah pemilihan (Dapil) Kabupaten Bogor tersebut.
Ia menambahkan semangat agar umat Islam dituntut agar toleran terhadap umat yang berbeda agama dan keyakinan adalah keniscayaan yang harus kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadi jangan pernah membenturkan nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila yang ada pada Pancasila dengan ajaran agama Islam," tambahnya.
Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai rumusan sila pertama Pancasila yang menjadi salah satu pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki nilai-nilai yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia itu sesungguhnya bangsa yang religius dan menolak paham anti-Tuhan atau atheisme.
Negara pun melindungi kemerdekaan bagi setiap penduduk Indonesia untuk memeluk agamanya masing-masing serta untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
"Para kyai, ustadz, ustadzah sebagai pimpinan kelompok pengajian di masing-masing majelis taklim memiliki peran yang strategis untuk menyampaikan pesan-pesan pentingnya merawat semangat toleransi kepada masing-masing jamaahnya agar kerukunan di antara sesama warga meskipun berbeda keyakinan sekalipun dapat senantiasa terjaga," tukasnya