Dwi menyampaikan alasan sekolah melakukan kegiatan tersebut adalah untuk mempersiapkan generasi muda untuk siap menghadapi tantangan pada zaman yang semakin canggih. Salah satunya melalui transportasi udara.
Diakuinya, kunjungan mereka ke museum DPR RI bertujuan agar siswa tidak ragu untuk memiliki cita-cita yang tinggi.
Di sisi lain, Irfan Setiaputra selaku Direktur Utama Garuda Indonesia menyampaikan bahwa rombongan sekolah tersebut mereservasi untuk perjalanan grup.
Artinya, penerbangan yang dilakukan mereka bukan hanya untuk mereka saja tetapi bersama dengan sejumlah penumpang reguler lainnya.
Sehingga pihak sekolah Muhammadiyah Plus Salatiga dipastikan tidak menyewa pesawat tersebut khusus hanya untuk mereka.
Mengenai biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan dengan pesawat Garuda Indonesia ini, Irfan menyampaikan permohonan maafnya karena tidak bisa mengungkapnya.
Sebagai penutup, Irfan menyampaikan jika siapa saja bisa melakukan reservasi perjalanan grup menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan menghubungi email: [email protected].
Seusai sekolah Muhammadiyah Plus Salatiga viral karena menggunakan pesawat untuk melaksanakan study tour, kini giliran para siswa SMA asal Jogja alias Yogyakarta yang viral juga karena melakukan wisata ke Eropa. Hal ini pun juga kembali membuat banyak orang iri.
Dilansir dari Instagram @wonderfuljogja, diketahui jika admin dari akun ini mengunggah sebuah video berisi para siswa ini yang sedang mengunjungi Eropa pada Sabtu, (11/5).
Dari unggahan tersebut, diketahui jika siswa tersebut berasal dari SMAN 3 Padmanaba, Yogyakarta dan program ini sudah berjalan selama 10 tahun serta ini merupakan program pertukaran pelajar.
Berdasarkan salah satu komentar dari seorang warganet menyampaikan jika program ini bukanlah study tour melainkan program pertukaran pelajar yang diberikan kepada pelajar tertentu.
Salah seorang warganet lainnya menambahkan, jika program pertukaran pelajar ini tidak diberikan secara gratis sehingga tidak masuk ke dalam program beasiswa.
Ia menambahkan, jika pihak sekolah juga tidak mewajibkan para siswanya untuk mengikuti program ini dan seperti diketahui biaya pendidikan di luar negeri tidaklah murah.
Padahal diakuinya, ia ingin sekali membiayai kuliah anaknya di luar negeri tetapi karena keterbatasan ekonomi ia tidak bisa melakukannya sehingga ia hanya bisa berharap ada beasiswa yang bisa didapatkan anaknya agar anaknya bisa berkuliah di luar negeri.
Para pelajar yang beruntung tersebut sempat diajak untuk pergi ke Swiss, tepatnya ke Universitas Zurich.