AYOBOGOR.COM - Agresi Israel ke Gaza Palestina berdampak pada banyak hal. Itu juga dirasakan oleh relawan medis yang bertugas di Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Fikri Rofiul Haq, sang relawan, mengungkapkan bahwa dirinya terpaksa makan seadanya. Tak hanya masalah 'lauk', bahkan Fikri hanya sekali merasakan makanan dalam sehari.
Dia mengatakan bahwa para petugas kekurangan pasokan makanan karena ladang perkebunan di Gaza telah hancur.
Selain itu, bantuan kemanusiaan berupa makanan dari luar tidak bisa masuk.
"Pasukan Israel telah mengebom ladang di Jalur Gaza dan banyak tanaman mati," ujar Fikri kepada Al Jazeera, dikutip dari Suara.com, Senin, 13 November 2023.
DIa mengatakan ladang-ladang di jalur Gaza biasanya ditanami stroberi setiap bulan September. Pada November, buah itu lalu dipanen.
Adapun ladang yang paling subur di sekitar daerah itu berada di daerah Beit Lahia. Namun ladang yang dekat dengan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara tersebut kini tidak bisa dimanfaatkan lagi.
"Tahun ini tidak akan ada hasil bumi seperti stroberi, padahal saat ini sedang musim dingin," katanya.
Tidak adanya sumber makanan dari ladang-ladang setempat, serta pasokan yang terhenti akibat Israel membuat masyarakat tersiksa.
"Pada awal perang, kami masih bisa mendapatkan beberapa barang dari sekitar rumah sakit, seperti sayur mayur dan mi instan. Namun sekarang tidak mungkin mendapatkan produk segar seperti bawang, tomat, dan mentimun," katanya.
Terkait makanan berat pun, para staf di rumah sakit hanya bisa makan sehari sekali pada siang hari.
Itu pun didapatkan dari para pengurus Rumah Sakit Al Shifa yang tidak jauh dari rumah sakit Indonesia.
"Untuk sarapan dan makan malam, staf makan biskuit atau kurma,” katanya.
Pada awal blokade total, mulanya para relawan organisasi MER-C itu menggunakan ambulans untuk mencari makanan karena lebih aman.