4. Semangat Gotong Royong dan Hidup Berdampingan
Masyarakat kampung ini terdiri dari mayoritas pemeluk agama Islam. Berbaur dengan masyarakat adat, semuanya memiliki semangat bergotongroyong.
Banyak pihak yang sudah mengunjungi kampung adat ini. Mulai dari yang berutujan wisata, penelitian, acara adat, dan acara-acara lain.
Masyarakat adatnya tersebar di 3 RT. Ada 67 keluarga dengan 59 kepala keluarga.
Di kampung ini kamu bisa melihat ada masjid dan bale sarasehan. Bale ini adalah tempat pertemuan masyarakat adat.
Begitu mengagumkan bukan masyarakatnya bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Semangat gotong royong tercermin dalam berbagai kegiatan kampung.
5. Kesenian
Kalau kamu berkunjung bertepatan dengan upacara adat, kamu bisa menyaksikan beberapa kesenian khas. Seperti kesenian gondang, karinding, serta angklung buncis.
Baca Juga: 50 Km dari Pusat Kota, Kampung di CIANJUR Ini Bersih Luar Biasa, Warganya Berkebun?
6. Sejarah Cireundeu
Asal kata Cireundeu berasal dari sebuah pohon bernama ‘Rendeu’. Sudah bisa kamu tebak, di kampung ini terdapat banyak Pohon Rendeu.
Adapun kegunaan atau khasiat dari Pohon Rendeu adalah bisa digunakan sebagai bahan obat herbal. Masyarakat setempat sering menggunakannya saat memerlukan.
Sebelum dikenal sebagai kampung adat, wilayah Cireundeu duhalu merupakan tempat pembuangan sampah warga Kota Cimahi. Baru di tahun 2007 Cireundeu mulai dikenal sebagai sebuah wilayah desa tradisional.
Kampung Adat Cireundeu dikelola oleh pemerintahan lokal, RT dan RW. Yang merupakan tingkatan tertinggi di wilayah Cireundeu.
Sementara, secara tradisional Cireundeu memiliki orang yang ‘dituakan’, disebut dengan Sesepuh. Kini Sesepuh Cireundeu sudah mencapai generasi ke-5.