AYOBOGOR.COM -- Gempa bumi baru saja melanda Kabupaten Cianjur pada Senin, 21 November 2022. Selain mewaspadai dampak bencana, para pengungsi juga harus mewaspadai empat penyakit menular yang biasa muncul pascagempa.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan, gempa susulan yang terjadi di wilayah Kabupaten Cianjur terjadi 125 kali hingga pukul 08.00 WIB, Selasa, 22 November 2022.
Ratusan warga Kabupaten Cianjur meninggal dan belasan ribu lainnya diungsikan. Mereka yang selamat terpaksa tidur di ruang terbuka dan tenda-tenda pengungsian pada Selasa dini hari, 22 November 2022.
Hal itu dilakukan karena khawatir dengan terjadinya gempa susulan. Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, setidaknya ada empat jenis penyakit menular yang kemungkinan bisa muncul di antara para pengungsi.
Baca Juga: Selain Skincare, Lakukan 6 Hal Ini Agar Kulit Wajah Tetap Sehat
"Pertama penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne disease), kedua penyakit menular lewat makanan (foodborne disease), ketiga penyakit paru dan pernapasan dan keempat penyakit yang menular melalui kontak langsung antar manusia," ujar Tjandra dilansir dari Republika.co.id, Selasa, 22 November 2022.
Guna mengantisipasinya, terdapat wnam langkah kesehatan yang perlu dilakukan pada saat bencana seperti gempa ini. Pertama, penilaian cepat apa yang dibutuhkan segera.
Kedua, mengevaluasi apa sumber daya yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan. "Dalam hal ini pengaturan pelayanan di RS di Cianjur dan sekitarnya sebaiknya jadi prioritas utama untuk dilaksanakan," ujarnya.
Ketiga, upaya pencegahan terhadap dampak kesehatan selanjutnya, sesudah yang terjadi di jam-jam dan hari-hari pertama sesudah gempa. Selanjutnya adalah segera menerapkan strategi pengendalian penyakit, baik menular maupun tidak menular yang kronik.
Baca Juga: Aturan Nobar Piala Dunia 2022 Wajib Pedulilindungi dan 4 Hal Lainnya
"Kelima, selalu melakukan evaluasi terhadap efektifitas strategi yang dilakukan dan terakhir adalah perbaikan contingency planning untuk antisipasi kemungkinan bencana di masa datang," tutur Tjandra.
Ia menambahkan menurut berbagai data ilmiah maka beberapa jam sesudah gempa akan banyak ditemukan kasus serius, luka, patah tulang sampai kerusakan organ dalam tubuh akibat berbagai benturan ketika gempa. Kasus-kasus berat dapat mengakibatkan gangguan berbagai alat/sistem tubuh yang memerlukan penanganan segera.
"Salah satu penelitian lain menunjukkan dari kasus-kasus yang ada maka sekitar 65 persen mengalami luka-luka, 22 persen patah tulang, 6 persen kerusakan jaringan lunak dan persentasi cukup banyak yang ada trauma di tungkai dan lengan," ujar Tjandra.
Biasanya, sambung Tjandra sesudah hari-hari pertama sesudah bencana maka akan timbul berbagai masalah kesehatan lain, bahkan mungkin sampai ke terjadinya gagal multi organ, atau infeksi berat sampai dapat terjadi sepsis dan sebagainya.