Tsunami yang terjadi dengan kecepatan tinggi ini menjadi yang terburuk yang pernah tercatat, dan bencana ini mengubah hidup banyak orang di kawasan Asia Tenggara.
Gempa Turki dan Suriah, 2023
Pada 6 Februari 2023, dua gempa bumi kuat mengguncang wilayah perbatasan Turki dan Suriah dengan kedalaman hanya 8 km.
Gempa ini menyebabkan kerusakan masif, menghancurkan bangunan-bangunan di kedua negara, dan menewaskan lebih dari 50.000 orang.
Kondisi cuaca buruk, termasuk salju dan badai musim dingin, memperburuk upaya pencarian dan penyelamatan korban.
Di Suriah, sanksi internasional memperlambat bantuan yang datang, sehingga AS mengambil langkah untuk mencabut sanksi sementara selama 180 hari demi memberikan bantuan kemanusiaan.
Gempa Jepang, 2011
Gempa Jepang pada 11 Maret 2011 mengguncang dengan kekuatan 9,1 magnitudo di dasar laut, memicu tsunami besar yang menghancurkan banyak bagian Jepang hanya dalam waktu 30 menit.
Tsunami ini juga menyebabkan kerusakan besar pada pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, yang mengarah pada kebocoran radiasi.
Total korban jiwa akibat gempa dan tsunami ini mencapai sekitar 18.000 orang. Kejadian ini menyoroti pentingnya kesiapan bencana dan tanggap darurat yang cepat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Korban
Gempa bumi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, terutama di negara-negara yang terletak di sepanjang “Cincin Api” Pasifik, yang terkenal dengan aktivitas tektoniknya.
Namun, kedalaman epicenter, lokasi gempa yang dekat dengan pemukiman padat, serta potensi tsunami adalah faktor yang memperburuk dampak gempa terhadap korban jiwa.
Bencana-bencana seperti gempa di Indonesia 2004 dan Jepang 2011 menunjukkan bahwa kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat mengurangi jumlah korban jiwa.
Secara keseluruhan, meskipun teknologi untuk memprediksi gempa bumi terus berkembang, gempa bumi tetap menjadi ancaman besar bagi banyak negara. Oleh karena itu, kesiapan menghadapi bencana menjadi kunci untuk meminimalkan kerugian.***