nasional

Kubu PDIP Gaduh Khawatir Pemilu 2024 Curang, Fahri Hamzah Beberkan Logika Sederhana Prabowo Capres Jujur

Rabu, 15 November 2023 | 16:14 WIB
Kubu PDIP Gaduh Khawatir Pemilu 2024 Curang, Fahri Hamzah Beberkan Logika Sederhana Prabowo Capres Jujur (Instagram.com/fahrihamzah)

AYOBOGOR.COM - Kubu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) beberapa waktu lalu menyatakan kekhawatirannya terhadap Pemilu 2024.

Mereka khawatir kontestasi itu akan dimasuki oleh tindakan-tindakan curang. Bahkan Ketua DPP PDIP Megawati Soekarnoputri sampai menyebut kecurangan jangan sampai terulang saat pemilu.

Hal tersebut seolah-olah menuduh Prabowo Subianto yang menjadi lawan politiknya di Pilpres 2024. Koalisi Indonesia Maju (KIM) pun menyampaikan logika sederhana untuk menyerang balik tudingan tersebut.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menyebut biasanya yang dicurangi adalah orang yang kalah. Pernyataan itu menyiratkan kekalahan Prabowo di dua kontestasi Pilpres sebelumnya.

"Kami dua kali kalah, biasanya yang kalah lah yang dicurangin. Jadi kami belum pernah punya pengalaman pada posisi orang curang," ujar Fahri Hamzah, Rabu, 15 November 2023 lewat akun X @fahrihamzah.

Oleh karena itu, sebaiknya jangan asal tuduh, kata Fahri. "Maka sebaiknya yang sering curang jangan menuduh orang yang terbiasa dicurangin sebagai pelaku kecurangan."

Dia juga mengungkapkan hanya Prabowo saja yang menjadi capres namun tidak pernah menjadi tim sukses Jokowi selama dua Pilpres ke belakang.

"Artinya, yang sering curang nuduh yang sering dicurangi main curang. Padahal kecurangan yang terjadi sekarang di bawah pengawasan penanggungjawab pelaksana pemilu yang juga menjadi salah satu calon," katanya,.

Dia mengatakan capres-cawapres nomor urut 1 dan 3 terbiasa mendampingi Jokowi dalam pemilu sebelumnya. Justru mereka, kata Fahri, yang tahu bagaimana kebiasaan Jokowi.

"Pasti mereka tahu apakah pak jokowi punya kebiasaan curang atau tidak. Jadi gak usah teriak-teriak karena kalian terbiasa dan tahu," sindir Fahri.

Dia pun mengatakan bahwa kader partai, begitu juga dengan petugas partai itu banyak. Mereka menjadi pejabat publik melalui pemilu.

Namun ada yang dimasukkan ke jabatan strategis negara yang menguntungkan calon.

"Mereka menjadi pejabat publik melalui pemilu. Sebagian disusupkan ke jabatan strategis negara non pemilu. Dan disuruh mendukung salah satu calon. Jadi ini apa namanya?" kata Fahri.

Dia juga mengatakan bahwa ada dua partai yang mendukung salah satu pasangan capres-cawapres dan masuk ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi.

Halaman:

Tags

Terkini