“ Untuk wisata halal di Brunei bisa dibuat di Kampung Ayer di Bandar Seri Begawan dengan program Live in, karena akses mudah, atraksi bisa betupa budaya, kuliner, membuat barang kesenian, sedangkan amenitiesnya di buat homestay yang memungkinkan wisatawan memiliki pengalaman hidup di atas air,”
Pengalaman beribadah bersama masyarakat kampung Ayer di waktu sholat subuh maupun magrib bisa menjadi kenangan tak terlupakan bagi wisatawan inbound dari negara-negara anggota Kerjasama Islam
( OKI). Baik Indonesia maupun Brunei adalah negara anggota OKI sehingga tinggal mengikuti HTS ( Halal Tourism Services)
HTS didefinisikan sebagai semua produk atau layanan dalam industri perjalanan dan pariwisata yang dipandu oleh aturan Islam yang melayani atau menyediakan fasilitas yang sesuai bagi wisatawan Muslim. Pertumbuhan wisata halal dunia rata-rata 27 persen per tahun, jauh lebih tinggi
dibanding pertumbuhan sektor
wisata dunia yang hanya tumbuh 6,4 persen.
“ Mastercard CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) melihat pengeluaran penduduk Muslim untuk berwisata akan tumbuh US$300 miliar pada 2026,” kata Hilda.
Oleh karena itu, saatnya Brunei Darussalam mengembangkan Halal Tourism karena halal adalah brand dari Allah SWT. Kebanyakan negara Non Muslim menggunakan nama Friendly Muslim Tourism karena ingin mempromosikan pelayanan ramah muslim dimana pelayanannya belum tentu semuanya halal.
“ Jika mempromosikan wisata halal ( Halal Tourism) maka semua fasilitas dan pelayanannya sudah ada jaminan sertifikasi halal,” tutup Hilda pada pertemuan sore itu.
Mordiah mengatakan kolaborasi yang ditunjukkan oleh para anggotanya telah memungkinkan dewan tersebut untuk berekspansi secara lokal dan internasional, seraya menambahkan bahwa asosiasi tersebut menyambut baik partisipasi dari generasi muda untuk mengembangjan halal tourism.