AYOBOGOR.COM - Menjelang bulan Suci Ramadan, dinamika harga beras dan komoditas pangan lainnya menjadi sorotan utama bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi lonjakan harga beras yang signifikan pada Februari, mencapai 18,41 persen secara tahunan.
Fenomena alam El Nino disebut-sebut sebagai biang keladi kenaikan harga ini, mengakibatkan musim tanam yang terlambat dan mempengaruhi ritme panen petani.
Pengamat pertanian, Khudory, dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), mengungkapkan bahwa dampak El Nino sangat terasa tahun ini.
Hal ini berujung pada paceklik yang berlangsung lebih lama dari biasanya, memicu kenaikan harga beras.
Surplus beras yang diperkirakan terjadi pada Maret 2024, sebesar 0,97 juta ton, diharapkan dapat menekan harga.
Namun, Khudory menambahkan bahwa penurunan harga mungkin tidak akan terlalu signifikan.
Di tengah situasi ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan ketersediaan pangan.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa ada lima program kunci yang diimplementasikan untuk memastikan ketersediaan pangan selama Ramadan.
Dengan upaya pemerintah dan stakeholder terkait, diharapkan masyarakat dapat menjalani ibadah puasa dengan tenang tanpa kekhawatiran akan lonjakan harga pangan.
Meski demikian, kenaikan harga bahan pangan lainnya seperti minyak goreng dan cabai merah juga menjadi perhatian, mengingat inflasi yang terjadi pada Desember tahun lalu.
Baca Juga: Harga Beras Melambung Tinggi, Analisis Ekonom: Distribusi dan Kebijakan Bansos