AYOBOGOR.COM - Keunikan dalam kontestasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) mungkin bisa kembali terjadi pada Pemilu 2024.
Ini berkaitan dengan Gibran Rakabuming Raka, kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang melaju di kontestasi Pilpres 2024 tanpa restu partainya.
Langkah calon wakil presiden (cawapres) pasangan Prabowo Subianto itu mengingatkan publik terhadap sosok Jusuf Kalla.
Politikus senior Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut tercatat memenangkan kontestasi Pilpres sebanyak dua kali tanpa dukungan partainya.
Hal berkebalikan malah terjadi ketika dirinya didukung oleh partai. JK, sapaan Jusuf Kallah, justru kalah dalam kontestasi per lima tahun tersebut.
Pengalaman JK di Pilpres bermula pada Pemilu 2004. Saat itu, konvensi Partai Golkar memilih Wiranto untuk menjadi presiden, didampingi Salahuddin Wahid.
Namun JK, tanpa keluar dari partai berlambang pohon beringin itu, memutuskan untuk menerima pinangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kala itu, Pilpres diikuti oleh lima pasangan. Di antaranya Wiranto-Salahuddin, Megawati-Hasyim, Amien-Siswono, SBY-JK, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Pilpres 2004 pun berlangsung dengan dua putaran, di mana Wiranto-Salahuddin justru tidak lolos.
Putaran kedua sendiri mempertandingankan Megawati-Hasyim dan SBY-JK. Hasilnya SBY dan JK yang menang.
Berbekal pengalaman menang, Golkar kemudian mencoba peruntungan dengan mendukung JK sebagai calon presiden (capres) yang mengambil wakil Wiranto.
Sayang, Golkar yang mengusung JK justru kalah. Sementara pemenang adalah SBY yang mengambil Boediono sebagai pasangannya.
Pada Pilpres 2014 Jusuf Kalla kembali menang setelah menerima pinangan Joko Widodo (Jokowi). Sementara Golkar yang mendukung Prabowo-Hatta Rajasa justru kalah.
Karena itu, beredar mitos kalau pasangan yang didukung Golkar pasti kalah, kendati terpatahkan pada Pemilu 2019. Mitos kedua, JK punya 'keunikan' kendati tak pernah melepaskan jas kuningnya.