AYOBOGOR.COM - Transformasi digital yang saat ini tengah sukses dijalankan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tidak lantas membuat perseroan terburu-buru mengubah model operasional dan bisnisnya menjadi fully digital.
Hal tersebut dipaparkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso saat media gathering di BRILian Stadium, Jakarta 12 September 2023.
Pilihan BRI untuk tidak beralih menjadi fully digital tak lepas karena kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih senang bertransaksi menggunakan uang tunai.
Baca Juga: Tes IQ: Bisakah Kamu Temukan Anak Ayam di Tengah Kerumuman Bebek? Otak Cerdas Pasti Tahu
“Bila memang masyarakatnya belum fully digital, ya kita gak bisa mendigitalkan. Maka itu, bila kita fully digital-kan, gak akan jalan,” ujar Sunarso dalam rilis yang diterima AYOBOGOR.COM.
Sunarso pun memberikan bukti bahwa masyarakat masih senang bertransaksi menggunakan uang tunai.
“AgenBRILink kita setahun volume transaksinya mencapai Rp1.300-1.400 triliun,” ungkapnya.
"Hal ini adalah bukti bahwa masyarakat kita masih banyak yang senang bertransaksi pakai cash dan kemudian lewat agen. Kalau kita fully digital-kan semua, terus mereka siapa yang layani?"
Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Kabupaten Bandung Ada yang Serasa di Swiss
Perseroan pun telah memiliki strategi untuk menyasar masyarakat yang masih gemar bertransaksi secara tunai, namun di sisi lain juga dapat terus melayani masyarakat yang sudah gemar bertransaksi secara digital.
“Apa yang kita kerjakan sekarang, itulah yang kita sebut Hybrid Bank Strategy. Dan Hybrid Bank Strategy itu yang paling sederhana adalah agen,” jelas Sunarso.
"Karena agen (BRILink) itu untuk menjawab karakteristik nasabah mikro. Mereka ternyata lebih senang berbank lewat agen daripada langsung datang ke bank."
Di sisi lain, BRI juga terus memperkuat aplikasi digital banking yang disebut BRImo.