Dikutip dari jurnal ilmiah oleh Maulana, Wicaksono, dan Haryanto (2021), MCC adalah sistem badai skala menengah yang dapat terdeteksi melalui citra satelit.
MCC dapat menghasilkan hujan dalam area seluas lebih dari 100.000 km², dengan durasi yang bisa bertahan lebih dari enam jam.
Kondisi ini sering kali disertai dengan angin kencang, petir, dan bahkan badai yang berpotensi menyebabkan banjir besar.
Fenomena ini lebih sering terjadi di wilayah tropis dan subtropis, seperti Indonesia, terutama saat malam hari di perairan dan siang hari di daratan.
Baca Juga: Bencana Tanah Longsor Terjadi di Rancamaya Bogor Selatan, Akses Warga Terganggu
MCC terbentuk sebagai respons terhadap perubahan suhu permukaan yang memengaruhi proses konveksi atmosfer.
Dampak Cuaca Ekstrem pada Jakarta
Dalam kasus Jakarta, hujan deras yang dipicu oleh MCC telah menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi, melampaui kapasitas drainase kota.
Hal ini menyebabkan genangan air yang meluas dan mengganggu aktivitas warga, serta memerlukan proses evakuasi di beberapa wilayah.
Meskipun fenomena MCC ini merupakan kejadian alam yang biasa terjadi di daerah tropis, dampaknya bisa sangat besar jika tidak diantisipasi dengan sistem pengelolaan banjir yang lebih baik.
BPBD DKI Jakarta terus memantau situasi cuaca dan banjir, serta memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat untuk mencegah kerugian yang lebih besar.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan mengikuti update yang diberikan oleh BPBD terkait cuaca ekstrem dan potensi banjir.
Cuaca ekstrem yang disebabkan oleh fenomena Mesoscale Convective Complex (MCC) telah menyebabkan banjir di Jakarta, dan BPBD Jakarta mengimbau masyarakat untuk waspada hingga 6 Maret 2025.
Dengan memantau informasi melalui situs resmi dan call center Jakarta Siaga 112, warga dapat mengantisipasi dampak yang lebih luas dari cuaca buruk ini.
Sebagai langkah pencegahan, penting untuk terus memperbaiki sistem drainase dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi cuaca ekstrem.***