AYOBOGOR.COM -- Sebenarnya orang tua tak perlu khawatir. Ibadah puasa aman dilakukan oleh anak selama mereka memiliki kondisi fisik yang sehat.
"Sejak bayi, manusia didesain untuk kuat berpuasa," jelas Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) dilansir dari Republika.co.id pada Sabtu, 8 April 2023.
Dr Piprim mengatakan, di beberapa hari pertama setelah persalinan, bayi tak mendapatkan ASI dari ibu. Alasannya, di masa-masa ini, ibu baru bisa mengeluarkan kolostrum.
Jumlah kolostrum yang dikeluarkan ibu hanya berkisar 20-30 cc per hari. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 25 kalori saja.
Sementara bayi dengan berat 3 kg umumnya membutuhkan asupan sekitar 300 kalori per hari. Dengan kata lain, bayi kekurangan asupan sekitar 275 kalori di hari-hari pertama mereka.
Namun, bayi tetap bisa bertahan dengan baik meski harus berpuasa dan hanya mendapatkan kolostrum di hari-hari pertamanya. Hal ini bisa terjadi karena tubuh bayi baru lahir memiliki cadangan energi berupa lemak coklat.
"Oleh Allah sudah disiapkan yang disebut dengan lemak coklat, brown fat, (untuk menutup kekurangan kalori tersebut)," ujar dr Piprim.
Namun meski fisik sudah siap, dr Piprim mengatakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum mengajarkan anak untuk berpuasa Ramadhan. Faktor-faktor tersebut adalah kematangan mental, emosi, dan spiritual anak.
Selain itu, orang tua juga perlu mengenali kondisi kesehatan anak mereka. Anak dengan kondisi malanutrisi atau kekurangan gizi tak dianjurkan untuk berpuasa.
"Wong dia sedang kekurangan nutrisi, jadi harus dipenuhi nutrisinya sampai status gizinya bagus, normal lagi, baru bisa diajarkan puasa," kata dr Piprim.
Selain itu, anak yang menderita penyakit kronis berat seperti tuberkulosis (TB) atau kanker juga tak dianjurkan berpuasa. Sedangkan untuk anak yang mengidap diabetes tipe 1, orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengajak anak berpuasa.
"Tapi secara umum, anak yang sehat oke-oke saja puasa, tidak ada masalah. Anak yang sakit kronis, sakit berat, emmang tidak dianjurkan berpuasa," jelas dr Piprim.
Bila anak telah siap secara mental dan fisik untuk berpuasa, dr Piprim mengatakan ada beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh orang tua. Mengingat anak kecil belum wajib berpuasa, hal pertama yang perlu disadari orang tua adalah tidak memaksa anak untuk berpuasa.
Hal lain yang perlu dipersiapkan oleh orang tua adalah asupan makanan yang bergizi lengkap dan seimbang. Orang tua juga dianjurkan untuk menjaga kecukupan asupan protein hewani pada anak selama anak berpuasa.
Hindari pula memberikan makanan ultraproses dan karbohidrat sederhana yang berlebih pada anak saat sahur atau berbuka. Beberapa contoh makanan tersebut adalah sereal, donat, dan kue. Makanan-makanan seperti ini bisa membuat anak cepat merasa lapar kembali setelah makan.
Orang tua juga perlu memastikan kebutuhan cairan anak terpenuhi selama mereka berpuasa. Sebagai gambaran, anak dengan berat badan 20 kg membutuhkan asupan cairan sekitar 1.500 ml per hari. Sedangkan anak berbobot 30 kg membutuhkan asupan cairan sekitar 1.700 ml per hari.
"Ini harus dipenuhi pada saat dia sahur, berbuka, serta setelah tarawih," ujar dr Piprim.