Contoh Teks Khutbah Jumat Ustadz Abdul Somad Terbaru 2022

photo author
- Selasa, 15 November 2022 | 14:13 WIB
Contoh Teks Khutbah Jumat Ustadz Abdul Somad Terbaru 2022
Contoh Teks Khutbah Jumat Ustadz Abdul Somad Terbaru 2022

Allah menghendaki kemudahan bagi manusia. Sebaliknya, Dia tidak menghendaki kesukaran bagi manusia. Dalam Q.S. at-Taghabun ayat 16 Allah swt. berfirman,

فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Artinya, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Perintah untuk bertakwa semampunya ini dikuatkan oleh pernyataan Nabi saw. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw. bersabda,

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Artinya, “apa yang aku larang untukmu, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan untukmu, maka laksanakanlah semampu kalian” (HR. Muslim).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Dahulu, pada masa Nabi Muhammad saw, ada sebagian sahabat yang terlalu semangat dalam beribadah, hingga membuat mereka sakit. Mereka bangun di malam hari dan puasa di siang hari.

Mengetahui hal itu, Nabi saw. lalu menyampaikan bahwa segala sesuatu punya hak yang mesti dipenuhi. Mata punya hak untuk dipenuhi. Demikian halnya dengan bagian tubuh yang lain, juga istri, keluarga, dan tetangga.

Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa perintah untuk bertakwa semampunya adalah bentuk keringanan, kemudahan, dan kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Sementara Imam At-Thabari menjelaskan bahwa bertakwa semampunya bukan berarti menyepelekan kewajiban dan larangan yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Agama Islam menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Oleh karenanya, umat Islam dilarang lebih mementingkan satu dari lainnya. Selain tidak boleh hanya berorientasi pada dunia, umat Islam juga dilarang hanya berorientasi pada akhirat. Keduanya harus seimbang: dunia iya, akhirat juga iya.

Keseimbangan itu bisa terwujud jika seorang hamba menyibukkan diri dengan tiga hal: pertama, membekali diri untuk kembali ke tempat asalnya (tazawwudu li ma’ādin), yakni dengan memperbanyak amal saleh. Amal yang baik adalah yang dikerjakan secara istiqomah dan tidak membuat seseorang menjadi bosan.

Dari ‘Aisyah radliyallahu anha., Rasulullah saw. bersabda,

خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَسْأَمُ اللَّهُ حَتَّى تَسْأَمُوا

Artinya, “Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan” (HR. Bukhari & Muslim).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hartanto Ardi Saputra

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X