AYOBOGOR.COM - Daripada Tapera lebih baik cicil rumah impianmu sejak usia muda dengan KPR tenor panjang.
Mungkin kalimat ini pantas untuk disematkan bagi para pekerja usia muda yang hanya memiliki gaji standar UMR.
Apalagi, tidak semua pekerja membutuhkan rumah. Terutama bagi yang bekerja di kampung halaman dan telah memiliki rumah entah berbentuk warisan atau peninggalan keluarga.
Kontroversi perihal tabungan perumahan rakyat (tapera) yang memangkas sebanyak 3% dari gaji pekerja yang diberikan untuk tabungan perumahan rakyat.
Pemotongan tersebut memiliki komposisi sebanyak 2,5% dipotong dari gaji pekerja, dan 5% dibayarkan oleh pemberi kerja.
Peraturan tersebut tertuang dalam peraturan Presiden (PP) Nomor 25 Tahun 2020, yang kemudian direvisi menjadi PP Nomor 21 Tahun 2024.
Inti dari program ini tapera adalah dengan mengumpulkan dana dari iuran pekerja dan pemberi kerja untuk disalurkan sebagai pembiayaan perumahan bagi masyarakat yang belum memiliki rumah.
Tapera adalah produk pemerintah era Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat.
Peraturan ini ditolak karena dianggap hanya menambah beban pekerja dan pemberi kerja. Selama ini, pekerja telah dibebankan dengan potongan pajang PPN, BPJS, dan jika tapera ini dijalankan, maka pekerja dengan gaji pas-pasan memiliki ruang finansial yang lebih sempit.
Hal ini dianggap tidak adil bagi mereka yang bekerja di kampung halaman dan telah memiliki tempat tinggal sebelumnya.
Sebagian lagi berpikir bahwa daripada menabung tapera yang tidak pasti, lebih baik mencicil rumah sejak dini.