Sebab, bukannya menanggulangi dampak buruk judol, tapi bansos yang diterima justru berpotensi disalahgunakan untuk digunakan modal judi lagi. Berikut ragam reaksi netizen dikutip dari kolom komentar di X @txtdrimedia.
“Bansos nya dibuat depo lagi,” tutur @xandreanda. “Link judol si, gw juga mau dpet bansos,” tulis @little_xgurl_. “Buset malah di suport blokkk,” ujar @calonsuspend_
“Yaampun kebijakan pemerintah mana sih ini malah kaya gini menghalalkan judol, nohh masyarakat yg tanpa judol masih banyak memerlukan bansos yg emg membutuhkan,” tulis @bibahjenner.
“Sebentar. Logikanya kan, harusnya yang diatasin tuh akarnya, berantasin jud*l yang berkeliaran. Kalo begini, cuma nyelesein masalah sesaat aja, tapi jud*lnya tetep merahajalela,” tutur @worgenic.
Ada pula netizen yang mempertanyakan kriteria korban dan pelaku judi online. Bahkan ada pula yang berpendapat, korban dan pelaku adalah sama-sama pelaku kejahatan judi online. Seperti komentar berikut,
“Gaada yang namanya korban judi semuanya pelaku,” ujar @drakunnn. “Ngawur, pelaku judi dapat bansos,” tutur @KesendirianX.
“Kriteria korban judol gimana tuh.. pas dewa judi kalah bisa dapet juga gak tuh? Mantab wes,” ujar @bonekhibrida.
Demikian ragam reaksi netizen mempertanyakan pernyataan Menko PMK Muhadjir Effendy yang memasukkan korban judol ke dalam DTKS sebagai penerima bansos.***