AYOBOGOR.COM – Saat ini sedang terjadi fenomena adu kuat antara produsen beras vs ritel modern yang menyebabkan harga beras menjadi langka di pasaran. Pertanyaannya, kenapa pemerintah malah diam saja?
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengakui adanya kelangkaan beras di gerai ritel modern di sejumlah daerah.
Pasalnya peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras medium SPHP Bulog maupun beras premium lokal.
Baca Juga: Tawaran Menggiurkan Hyundai di IIMS 2024, Tukar Tambah Mobil Dapat Harga Tinggi!
Kondisi ini diperparah dengan melonjaknya harga beras dari produsen yang membuat peritel enggan memasok dan menjual rugi.
Hal ini mengacu aturan tidak boleh menjual barang di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Jadi kita berharap pemerintah ada sebagai wasit di tengah untuk bisa atur produsen supaya jangan terlalu tinggi harganya sehingga kita jual rugi," ujar Roy N Mandey dilansir AYOBOGOR.COM dari Republika.
Seharusnya pemerintah bertindak sebagai wasit untuk mengatur regulasi yang dapat menguntungkan produsen besar, ritel modern, sekaligus masyarakat.
Baca Juga: H-1 Pemilu 2024, Apakah Mungkin BLT Mitigasi Risiko Pangan Rp600 Ribu Bakal Cair?
Kini tidak cuma peritel yang menjerit karena diambang kerugian, rakyat pun sudah kewalahan dengan harga beras yang terus merangkak naik.
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyoroti harga beras di pasaran yang terus mengalami kenaikan.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan menyebutkan harga beras kini semakin tak jelas dan melampaui harga eceran tertinggi (HET).
"Kami mendapati laporan untuk harga beras medium terkerek di Rp 13.500 per kilogram sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp 18.500 perkilo," ujar Reynaldi.
Baca Juga: Mentega Kalau Terbang Jadi Apa? Tebak-tebakan Receh Gampang-gampang Susah Buat Dijawab