“Misal branding-nya keripik paling pedas. Di sosmed seperti Instagram bisa diberi foto-foto nuansa merah. Nanti disamakan dengan target market. Misal target market pasti ngincar orang-orang yang suka pedas karena kripik paling pedas," kata Reza Pahlevi.
"Jadi tinggal menyasar ke audiens yang suka pedas. Dan tergantung kita ingin dikenal seperti apa. Kita harus punya tujuannya, punya target. Produk itu seperti diberi nyawa,” sambungnya lagi.
Kemudian dalam mengekspos produk melalui sosmed, pelaku UMKM pastinya harus konsisten.
Sebab dinamika bisnis melalui sosmed sangat cepat. Melalui platform sosmed, pelaku UMKM minimal mem-posting satu konten setiap hari.
Ini agar brand dan produk terkait tetap berada ‘di permukaan’. Oleh karena itu, content creator perlu membuat rencana matang berkelanjutan di depan.
“Misalnya bikin daftar membuat konten selama 30 hari ke depan. Minggu pertama terkait produk, berikutnya soal tempat kita berjualan, kemudian testimoni konsumen dan selanjutnya,” ucapnya.
Reza Pahlevi pun mengatakan produk yang dipasarkan harus memiliki identitas yang kuat. Oleh karena itu aktivitas campaign menjadi penting. Dalam hal ini, campaign yang efektif diperlukan.
“Yaitu dengan campaign yang efektif. Yang bisa engage sama target audiens dan lebih interaktif dengan mereka,” lanjutnya.
Selain itu agar produk yang dipasarkan melalui platform medsos tetap eksis, UMKM harus mampu memanfaatkan tren di masyarakat.
“Tapi tetap harus mempertahankan branding-an dan mengikuti tren masyarakat. Jangan jadi kehilangan identitas. Ada tren yang bisa dipakai di produk kita misalnya, ya dipakai saja dengan identitas produk yang sama,” pungkasnya.
Adapun pada pameran tahun ini, BRI mengajak 700 UMKM terkurasi yang meliputi 378 UMKM pendaftar baru, 122 UMKM alumni BRILIANPRENEUR, 6 UMKM binaan Perusahaan Anak seperti Pegadaian, PNM dan BRI Ventures.
Kemudian ada juga 150 UMKM Local Heroes yang telah menjadi market leader dengan harapan dapat memperluas impact bisnis dan terkoneksi untuk berkolaborasi kepada UMKM lainnya.
Serta 32 UMKM member SCAI (Specialty Coffee Association of Indonesia), 12 UMKM SMExcellence binaan Kementerian Koperasi & UKM.
UKM tersebut berasal dari berbagai daerah yang akan menampilkan produk-produk terbaru dan terbaik mereka.
Aspek kurasi yang dilakukan meliputi design inovasi produk, dampak sosial & lingkungan, kemampuan ekspor, pencapaian UMKM dan apresiasi yang pernah diraih oleh UMKM Pendaftar.