AYOBOGOR.COM -- Hadirnya flu burung H5N1 varian baru 2.3.4.4b berpotensi menjadi ancaman baru. Selain mengancam unggas, varian baru juga mengancam kesehatan manusia. Setidaknya kasus infeksi ke manusia tersebut telah ditemukan di Eropa, Amerika, dan Kamboja (Asia).
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat (Jabar) mengatakan, pihaknya belum menemukan adanya kasus flu burung H5N1 varian 2.3.4.4b di Jabar. Temuan di Cimahi dan Cirebon disebut sebagai kasus flu burung atau Avian Influenza biasa.
“Avian Influenza yang terdeteksi di Jabar adalah varian H5N1 biasa yang relatif masih belum berbahaya, yakni di Kota Cirebon dan Kota Cimahi. Konfirmasi flu burung biasa ini hasil dari laboratorium Balai Veteriner Subang yang kemudian dikirimkan ke Kementerian Kesehatan,” kata Kepala DKPP Jabar Arifin Soedjayana dilansir dari Ayobandung.com pada Kamis 2 Maret 2023.
Baca Juga: Loker Gaji Rp4 Juta Lulusan SMA dan S1 di PT Mitra Karya Texindo Lansung Lamar di SINI!
DKPP Jabar telah mengirimkan surat imbauan peningkatan kewaspadaan terhadap dinas terkait di 27 kabupaten maupun kota di Jabar. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipatif penyebaran flu burung di Jabar hingga berdampak pada kerugian ekonomi.
“Diperlukan kewaspadaan baik itu dari jajaran kesehatan hewan, peternak unggas, maupun masyarakat untuk mengantisipasi H5N1 varian terbaru. Terutama untuk menghindarkan kerugian ekonomi akibat kematian massal unggas,” ujar Arifin.
DKPP Jabar telah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b. Pertama, kata Arifin, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan peternak unggas, agar segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila menemukan unggas sakit atau mati mendadak.
Kedua, jajaran kesehatan hewan segera merespons laporan masyarakat dengan prinsip'3 Cepat' yakni Deteksi Cepat, Lapor Cepat, dan Respons Cepat, sesuai SOP pengendalian flu burung.
Ketiga, meningkatkan pembinaan dan pendampingan peternak untuk menerapkan tindakan biosekuriti guna mencegah masuk kuman penyakit ke peternakan unggas.
"Peternakan unggas komersial skala kecil dan menengah agar menerapkan Biosekuriti 3 Zona sebagai model percontohan bisekuriti sederhana, hemat, praktis dan efektif," kata Arifin.
Arifin mendorong kepada pemilik unggas untuk melakukan upaya vaksinasi flu burung. Vaksinasi Avian Influenza (AI) pada itik dianjurkan menggunakan vaksin AI subtipe H5N1 clade 2.3.2, ayam petelur menggunakan vaksin clade 2.1.3, atau clade 2.3.2, atau vaksin kombinasi clade 2.1.3 dan clade 2.3.2 produksi nasional.
“Kita juga mendorong pendampingan peternak untuk melakukan 'Vaksinasi AI 3 Tepat' yakni Tepat Vaksin, Tepat Program Ulangan, dan Tepat Teknik Vaksinasi. Tak kalah penting, meningkatkan pembinaan penerapan sanitasi pada sepanjang rantai pemasaran unggas guna memutus rantai penyebaran virus,” tegasnya.
Baca Juga: Lowongan Kerja Bank DKI Jakarta, 2 Posisi Tersedia Gaji Minimal 6 Juta!