BNI dan Prabowo: Kisah Keluarga yang Tertanam dalam Sejarah Ekonomi Indonesia

photo author
- Jumat, 11 Oktober 2024 | 10:54 WIB
Menhan RI sekaligus presiden terpilih, Prabowo Subianto dalam kegiatan BNI Investor Daily Summit 2024. (dok BNI)
Menhan RI sekaligus presiden terpilih, Prabowo Subianto dalam kegiatan BNI Investor Daily Summit 2024. (dok BNI)

AYOBOGOR.COM - Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto mengungkapkan kenangan pribadinya terkait hubungan keluarga dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (9/10/2024).

Dalam pidato penutupan yang penuh emosional, Prabowo menggambarkan sejarah keluarganya yang terkait erat dengan berdirinya BNI, memperkuat hubungan emosionalnya dengan salah satu bank milik negara tersebut.

Prabowo menjelaskan bahwa keputusannya untuk menghadiri acara tersebut tidak lepas dari undangan langsung yang diterimanya dari Enggartiasto Lukita, Executive Chairman B-Universe dan mantan Menteri Perdagangan. Namun, yang paling mendorong kehadirannya adalah keterikatan emosional yang kuat dengan BNI, yang memiliki arti penting bagi keluarganya.

"Saya merasa sangat berat jika tidak hadir di acara BNI ini. Ada hubungan emosional yang mendalam antara BNI dan keluarga saya, karena kakek saya, Pak Margono Djojohadikoesoemo, yang mendirikan BNI atas perintah Bung Karno dan Bung Hatta," ungkap Prabowo dalam pidatonya.

BNI bagi Prabowo tidak sekadar bank. Bagi keluarganya, BNI adalah simbol sejarah dan kebanggaan keluarga. Margono Djojohadikoesoemo, kakek Prabowo, adalah orang yang menerima perintah langsung dari pendiri bangsa, Soekarno dan Hatta, untuk mendirikan BNI sebagai bank rakyat pertama di Indonesia.

"BNI adalah kebanggaan keluarga kami. Pak Margono mendapat mandat dari Bung Karno untuk mendirikan bank pertama milik rakyat Indonesia, yaitu BNI. Ini adalah bagian dari sejarah besar bagi keluarga kami," lanjut Prabowo.

Sejarah BNI dimulai pada 5 Juli 1946, saat bank ini didirikan sebagai bank sentral sekaligus bank umum oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946. Bank ini kemudian diresmikan di Yogyakarta pada 17 Agustus 1946, dan Margono Djojohadikoesoemo dipercaya sebagai direktur utamanya.

Meski pada tahun 1949 status BNI sebagai bank sentral dialihkan kepada De Javasche Bank sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar, BNI tetap berperan penting sebagai bank rakyat yang berkomitmen memperbaiki ekonomi nasional. Peran ini terus berlangsung, terutama setelah BNI dikukuhkan sebagai Bank Negara Indonesia 1946 melalui UU No. 17 tahun 1968, yang mengubah statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara.

Prabowo juga mengenang momen ketika kakeknya ditangkap oleh Belanda di kantor BNI Yogyakarta pada tahun 1948, saat agresi militer Belanda terjadi. Kejadian ini memperlihatkan besarnya peran BNI, bukan hanya dalam pembangunan ekonomi, tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan bangsa, sekaligus menegaskan betapa eratnya ikatan keluarga Margono dengan sejarah BNI.

Sebagai salah satu lembaga keuangan yang terus berinovasi, BNI tetap memegang teguh komitmennya untuk menjadi ujung tombak dalam mendukung perekonomian nasional. Kehadiran Prabowo dalam acara tersebut tidak hanya menjadi bukti hubungan emosional yang kuat antara dirinya dan BNI, tetapi juga menggambarkan kontribusi berkelanjutan BNI bagi pembangunan bangsa hingga hari ini.

BNI, yang lahir dari semangat perjuangan bangsa, terus bertekad untuk menjadi bank terdepan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ananda Muhammad Firdaus

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X