news

Perjalanan Akhir Fethullah Gulen, Mengantar Sang Cendekiawan ke Peristirahatan Abadi

Kamis, 24 Oktober 2024 | 12:17 WIB
Perjalanan Akhir Fethullah Gülen, Mengantar Sang Cendekiawan ke Peristirahatan Abadi (Youtube.com/@60 Minutes)

Meskipun mengajukan permohonan untuk kembali ke Diyanet, ia tidak mendapatkan tanggapan positif akibat keadaan darurat militer.

Ia kemudian kembali ke Erzurum, lalu ke Izmir, di mana ia mulai memberikan ceramah di masjid Salepçioğlu dan Alsancak.

Setelah mengalami tekanan yang mengharuskan Diyanet untuk mengusirnya dari Izmir, Hojaefendi meminta pemindahan ke Edremit, di mana ia diangkat sebagai pendakwah pada 23 Februari 1972 dan menjalani tugas selama dua tahun.

Fethullah Gülen juga bertugas di Manisa sebelum kembali ke Bornova, Izmir pada tahun 1976. Di sana, ia melanjutkan ceramah dengan gaya yang sistematis dan mampu menarik perhatian banyak orang.

Ia sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi generasi muda dan memberikan ceramah yang menjelaskan dasar-dasar iman.

Aktivitasnya berlanjut hingga kudeta 12 September 1980, saat ia menjadi buronan dan harus berpindah-pindah tempat.

Setelah penangkapannya di Burdur pada 14 Januari 1986, ia dibawa ke Izmir tetapi dibebaskan karena tidak ada bukti yang cukup.

Meskipun mengalami masa sulit selama enam tahun, ia terus mengadakan ceramah di berbagai lokasi dan menulis untuk majalah Sızıntı yang mulai terbit pada tahun 1979.

Hojaefendi terus berkontribusi sebagai dai sukarela hingga tahun 1991, menarik jamaah besar di masjid-masjid terkenal di Istanbul.

Setelah 1986-87, ia mulai tinggal di Istanbul selama beberapa bulan setiap tahun dan menetap di sana dari tahun 1995 hingga keberangkatannya ke Amerika pada tahun 1999.

Pada tahun 1999, Fethullah Gülen pergi ke Amerika untuk alasan kesehatan. Di tengah kampanye negatif media terhadapnya, ia memilih untuk tidak kembali ke Turki dan menghabiskan waktu dengan membaca, menulis, dan berdiskusi.

Dikenal sebagai ulama yang mempromosikan perdamaian dan pendidikan, setelah serangan 11 September 2001, ia dengan tegas menolak kekerasan, menyatakan bahwa "seorang Muslim tidak bisa menjadi teroris."

Ia menginspirasi banyak relawan untuk mendirikan lembaga pendidikan. Meskipun para pengikutnya menjadi target setelah percobaan kudeta 15 Juli 2016, ia terus menekankan pentingnya menjauhi kekerasan.

Fethullah Gülen Hojaefendi telah meninggalkan warisan yang mendalam dan menjadi tokoh penting dalam sejarah Turki.

Masa depan akan banyak membahas tentang dirinya, tetapi satu hal pasti: Sejarah Turki tidak dapat ditulis tanpa menyebut namanya.***

Halaman:

Tags

Terkini