berita-bogor

Ekowisata Jalan Sukses Baru Pariwisata Kabupaten Bogor

Minggu, 28 September 2025 | 10:21 WIB
Sebagian potensi ekowisata itu, selain garis pantai dan satwa lainnya, ada di Kabupaten Bogor.

AYOBOGOR, -- Negara Indonesia memiliki kekayaan hayati dan budaya terbesar di dunia. 

Indonesia memiliki ratusan gunung berapi, garis pantai sepanjang puluhan ribu kilometer, hingga satwa endemik seperti harimau, uwa jawa, surili, binturong, macan tutul, ular naga jawa, badak hingga gajah, serta semuanya yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai ekowisata.

Sebagian potensi ekowisata itu, selain garis pantai dan satwa lainnya, ada di Kabupaten Bogor.

Baik di wilayah selatan Gunung Gede Pangrango, di wilayah selatan - barat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan wilayah Timur Gunung Batu dan Gunung Luhur.

Namun, potensi ekowisata ini dinilai belum tergarap optimal. Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Ricky Avenzora, menyebut pariwisata ekowisata di Kabupaten Bogor masih tertinggal dibandingkan negara tetangga.

“Kita punya kekayaan luar biasa, tetapi yang muncul justru konflik manusia dengan satwa liar, kerusakan alam, dan distribusi manfaat pariwisata yang tidak adil. Masyarakat kecil hanya mendapat 'recehan’,” ucap Prof. Ricky Avenzora kepada wartawan, Sabtu, 27 September 2025.

Baca Juga : Asep Wahyuwijaya Puji Keputusan Presiden Prabowo Subianto Tunjuk Ferry Juliantono jadi Menteri Koperasi

Prof. Ricky Avenzora menegaskan, bahwa ekowisata adalah solusi dan harus diubah menjadi perjalanan berkesadaran yang memberi manfaat bagi semesta.

"Itulah ekowisata,” tegasnya.

Prof Ricky Avenzora juga menyoroti potensi kesenian dan budaya daerah yang belum digarap serius, seperti seni bela diri, permainan tradisional, hingga ribuan folklor.

"Kabupaten Bogor juga harus mengembangkan industri kreatifnya," katanya.

Menurutnya ada tiga persoalan besar yang menghambat pariwisata di Kabupaten Bogor, agar jumlah wisatawannya tidak kalah dari daerah lainnga.

"Potensi alam dan budaya janga mengalami kerusakan, lalu manfaat pariwisata lebih banyak dinikmati kelompok menengah-atas, sementara masyarakat kecil jauh ertinggal," sambungnya.

Ia juga mendorong pengembangan pariwisata harus bergeser dari sekadar membangun fasilitas untuk turis menuju pembangunan yang berpihak pada masyarakat lokal.

Halaman:

Tags

Terkini